Di
antara alasan kaum Syi’ah Rafidlah yang menganggap bahwa Ali
radliyallahu ‘anhu lebih berhak menjadi khalifah adalah:
1. Mereka menganggap
Ali radliyallahu ‘anhu lebih utama daripada Abu Bakar dan Umar
radliyallahu ‘anhuma.
2. Ali radliyallahu ‘anhu termasuk keluarga Rasulullah (ahlul bait).
3. Wasiat Rasulullah di Ghadir Khum.
2. Ali radliyallahu ‘anhu termasuk keluarga Rasulullah (ahlul bait).
3. Wasiat Rasulullah di Ghadir Khum.
Kita jawab alasan
mereka satu persatu:
Pertama pendapat mereka tentang keutamaan Ali radliyallahu ‘anhu di atas Abu Bakar dan Umar radhiallahu ‘anhuma.
Pendapat ini menyelisihi hadits Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam dan ijma’ kesepakatan para shahabat dan seluruh kaum muslimin. Bahkan menyelisihi ucapan Ali radhiallahu ‘anhu sendiri.
Pertama pendapat mereka tentang keutamaan Ali radliyallahu ‘anhu di atas Abu Bakar dan Umar radhiallahu ‘anhuma.
Pendapat ini menyelisihi hadits Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam dan ijma’ kesepakatan para shahabat dan seluruh kaum muslimin. Bahkan menyelisihi ucapan Ali radhiallahu ‘anhu sendiri.
Di antara alasan
kaum Syi’ah Rafidlah yang menganggap bahwa Ali radliyallahu ‘anhu
lebih berhak menjadi khalifah adalah:
1. Mereka menganggap Ali radliyallahu ‘anhu lebih utama daripada Abu Bakar dan Umar radliyallahu ‘anhuma.
2. Ali radliyallahu ‘anhu termasuk keluarga Rasulullah (ahlul bait).
3. Wasiat Rasulullah di Ghadir Khum.
Kita jawab alasan mereka satu persatu:
Pertama pendapat mereka tentang keutamaan Ali radliyallahu ‘anhu di atas Abu Bakar dan Umar radhiallahu ‘anhuma.
Pendapat ini menyelisihi hadits Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam dan ijma’ kesepakatan para shahabat dan seluruh kaum muslimin. Bahkan menyelisihi ucapan Ali radhiallahu ‘anhu sendiri.
1. Diriwayatkan dengan sanadnya yang shahih dari Ibnu Umar:
1. Mereka menganggap Ali radliyallahu ‘anhu lebih utama daripada Abu Bakar dan Umar radliyallahu ‘anhuma.
2. Ali radliyallahu ‘anhu termasuk keluarga Rasulullah (ahlul bait).
3. Wasiat Rasulullah di Ghadir Khum.
Kita jawab alasan mereka satu persatu:
Pertama pendapat mereka tentang keutamaan Ali radliyallahu ‘anhu di atas Abu Bakar dan Umar radhiallahu ‘anhuma.
Pendapat ini menyelisihi hadits Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam dan ijma’ kesepakatan para shahabat dan seluruh kaum muslimin. Bahkan menyelisihi ucapan Ali radhiallahu ‘anhu sendiri.
1. Diriwayatkan dengan sanadnya yang shahih dari Ibnu Umar:
كُنَّا
نُخَيِّرُ
بَيْنَ
النَّاسِ فِي زَمَنِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
فَنُخَيِّرُ
أَبَا بَكْرٍ ثُمَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ
ثُمَّ عُثْمَانَ بْنَ
عَفَّانٍ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ.
رواه
البخاري فتح الباري ج 7
ص
16
Kami
membanding-bandingkan di antara manusia di zaman Rasulullah
shallallahu `alaihi wa sallam. Maka kami menganggap yang terbaik
adalah Abu Bakar, kemudian Umar, kemudian Utsman bin Affan. (HR.
Bukhari)
Dalam lafadh lain dikatakan:
Dalam lafadh lain dikatakan:
كُنَّا
نَقُوْلُ
وَرَسُوْلُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
حَيٌّ أَفْضَلُ أُمَّةِ
النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَهُ
أَبُوْ بَكْرٍ ثُمَّ عُمَرُ
ثُمَّ
عُثْمَانُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ
أَجْمَعِيْنَ.
رواه
أبو داود في كتاب السنة باب التفضيل انظر
عون المعبود ج 8
صلى
الله عليه و سلم 381
والترمذي
وقال حديث حسن صحيح
Kami mengatakan dan
Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam masih hidup bahwa yang
paling utama dari umat nabi shallallahu `alaihi wa sallam setelah
beliau adalah Abu Bakar, kemudian Umar, kemudian Utsman. (HR. Abu
Dawud dan Tirmidzi. Dan Tirmidzi berkata: Hadits hasan)
Dua hadits ini merupakan dalil yang qath’i (pasti) karena Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma menyebutkan dua kalimat yang penting yang menunjukkan bahwa ucapannya tidak memiliki muatan subyektif. Pertama, kalimat tersebut adalah: “Kami membanding-bandingkan…”, atau “Kami mengatakan……”. Kedua kalimat tersebut menunjukkan bahwa ucapan itu adalah ucapan para shahabat seluruhnya dan tidak ada seorangpun dari mereka yang membantahnya.
Kalimat kedua adalah ucapan beliau: “Dan Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam masih hidup…” atau dalam lafadh lain: “di zaman Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam…..”. Ucapan ini menunjukkan bahwa ucapan para shahabat tersebut didengar dan disaksikan oleh Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam, dan beliau shallallahu `alaihi wa sallam tidak membantahnya. Inilah yang dinamakan oleh ahlul hadits dengan hadits taqriri yang merupakan hujjah dan dalil yang qath’i.
2. Hadits yang diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu sendiri yang diriwayatkan secara mustafidlah dari Muhammad Ibnil Hanafiyah:
Dua hadits ini merupakan dalil yang qath’i (pasti) karena Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma menyebutkan dua kalimat yang penting yang menunjukkan bahwa ucapannya tidak memiliki muatan subyektif. Pertama, kalimat tersebut adalah: “Kami membanding-bandingkan…”, atau “Kami mengatakan……”. Kedua kalimat tersebut menunjukkan bahwa ucapan itu adalah ucapan para shahabat seluruhnya dan tidak ada seorangpun dari mereka yang membantahnya.
Kalimat kedua adalah ucapan beliau: “Dan Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam masih hidup…” atau dalam lafadh lain: “di zaman Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam…..”. Ucapan ini menunjukkan bahwa ucapan para shahabat tersebut didengar dan disaksikan oleh Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam, dan beliau shallallahu `alaihi wa sallam tidak membantahnya. Inilah yang dinamakan oleh ahlul hadits dengan hadits taqriri yang merupakan hujjah dan dalil yang qath’i.
2. Hadits yang diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu sendiri yang diriwayatkan secara mustafidlah dari Muhammad Ibnil Hanafiyah:
قُلْتُ
ِلأَبِي:
أَيُّ
النَّاسِ خَيْرٌ بَعْدَ رَسُوْلِ اللهَ
?؟
قَالَ:
أَبُو
بَكْرٍ.
قَلْتُ:
ثُمَّ
مَنْ؟ قَالَ:
عُمَرُ.
وَخَشِيْتُ
أَنْ يَقُوْلَ عُثْمَانُ.
قُلْتُ:
ثُمَّ
أَنْْتَ؟
قَالَ:
مَا
أَنَا إِلاَّ رَجُلٌ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ.
رواه
البخاري:
كتاب
فضائل الصحابة باب 4
وفتح
البارى 7/20
Aku bertanya kepada
bapakku (yakni Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu): Siapakah
manusia yang terbaik setelah Rasulullah ? ? Ia menjawab: “Abu
Bakar”. Aku bertanya (lagi): “Kemudian siapa?”. Ia menjawab:
“Umar”. Dan aku khwatir ia akan berkata Utsman, maka aku
mengatakan: “Kemudian engkau?” Beliau menjawab: “Tidaklah aku
kecuali seorang dari kalangan muslimin”. (HR. Bukhari, kitab
Fadlailus Shahabah, bab 4 dan Fathul Bari juz 4/20)
Bahkan Ali bin Abi Thalib radhi-yallahu ‘anhu mengancam untuk mencambuk orang yang mengutamakan diri-nya di atas Abu Bakar dan Umar dengan cambukan seorang pendusta.
Bahkan Ali bin Abi Thalib radhi-yallahu ‘anhu mengancam untuk mencambuk orang yang mengutamakan diri-nya di atas Abu Bakar dan Umar dengan cambukan seorang pendusta.
لاَ
أُوْتِيَ
بِأَحَدٍ
يُفَضِّلُنِيْ عَلَى أَبِي بَكْرٍ
وَعُمَرَ إِلاَّ جَلَّدْتُهُ حَدَّ
الْمُفْتَرِيْنَ
Tidak didatangkan
kepadaku seseorang yang mengutamakan aku diatas Abu Bakar dan Umar,
kecuali akan aku cambuk dengan cambukan seorang pendusta.
Maka ketika itu seorang yang mengatakan beliau lebih utama dari Abu Bakar dan umar dicambuk delapan puluh kali cambukan. (Majmu’ Fatawa juz 4 hal. 422; Lihat Imamatul ‘Udhma, hal. 313).
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu pernah menceritakan ucapan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu sebagai berikut:
Maka ketika itu seorang yang mengatakan beliau lebih utama dari Abu Bakar dan umar dicambuk delapan puluh kali cambukan. (Majmu’ Fatawa juz 4 hal. 422; Lihat Imamatul ‘Udhma, hal. 313).
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu pernah menceritakan ucapan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu sebagai berikut:
إِني
لَوَاقِفٌ فِي
قَوْمٍ
نَدْعُوا اللهَ لِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ
وَقَدْ وُضِعَ عَلَى سَرِيْرِهِ،
إِذَا
رَجُلٌ مِنْ خَلْفِي قَدْ وَضَعَ
مِرْفَقَيْهِ عَلَى مَنْكِبِي يَقُوْلُ:
رَحِمَكَ
اللهَ إِنْ كُنْتُ َلأَرْجُو أَنْ
يَجْعَلَكَ اللهُ مَعَ صَاحِبَيْكَ
ِلأَنِيْ
كَثِيْرًا مَا كُنْتُ أَسْمَعُ رَسُوْلَ
اللهِ ?
يَقُوْلُ:
كُنْتُ
وَأَبُوْ
بَكْرٍ وَعُمَرُ، وَفَعَلْتُ وَأَبُو
بَكْرٍ وَعُمَرُ، وَانْطَلَقْتُ
وَأَبُو
بَكْرٍ وَعُمَرُ، فَإِنْ كُنْتُ َلأَرْجُو
أَنْ يَجْعَلَكَ اللهُ
مَعَهُمَا،
فَالْتَفَتُّ فَإِذَا هُوَ عَلِي بْنِ
أَبِي طَالِبٍ.
رواه
البخاري في فضائل الصحابة، باب من فضائل
عمر 3389
- 4/1858
Sungguh aku pernah
berdiri di kerumunan orang yang sedang mendoakan Umar bin Khathab
ketika telah diletakkan di atas pembaringannya. Tiba-tiba seseorang
dari belakangku yang meletakkan kedua sikunya di kedua pundakku
berkata: “Semoga Allah merahmatimu dan aku berharap agar Allah
menggabungkan engkau bersama dua shahabatmu (Yakni Rasulullah dan Abu
Bakar) karena aku sering mendengar Rasulullah ? bersabda: ‘Waktu
itu aku bersama Abu Bakar dan Umar…’ ‘aku telah mengerjakan
bersama Abu Bakar dan Umar…’, ‘aku pergi dengan Abu Bakar dan
Umar…’. Maka sungguh aku berharap semoga Allah menggabungkan
engkau dengan keduanya. Maka aku menengok ke belakangku ternyata ia
adalah Ali bin Abi Thalib.
Hadits-hadits dari Ali bin Abi Thalib ini merupakan sebesar-besar dalil yang membuktikan kedustaan kaum Syi’ah Rafidlah yang mengutamakan Ali di atas Abu Bakar dan Umar radhiallahu ‘anhuma.
3. Bahkan ketika ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam siapa yang paling dicintainya, beliau shallallahu `alaihi wa sallam menjawab: “Abu Bakar”. Sebagaimana disebutkan dalam riwayat dari ‘Amr bin ‘Ash radhiallahu ‘anhuma berikut:
Hadits-hadits dari Ali bin Abi Thalib ini merupakan sebesar-besar dalil yang membuktikan kedustaan kaum Syi’ah Rafidlah yang mengutamakan Ali di atas Abu Bakar dan Umar radhiallahu ‘anhuma.
3. Bahkan ketika ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam siapa yang paling dicintainya, beliau shallallahu `alaihi wa sallam menjawab: “Abu Bakar”. Sebagaimana disebutkan dalam riwayat dari ‘Amr bin ‘Ash radhiallahu ‘anhuma berikut:
Bahwasanya
Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam telah mengutus pasukan dalam
perang dzatu tsalatsil. Maka aku mendatanginya, dan bertanya
kepadanya: “Siapakah orang yang paling engkau cintai?” Beliau
shallallahu `alaihi wa sallam menjawab: “Aisyah.” Aku berkata:
“Dari kalangan laki-laki wahai Rasulllah?” Beliau menjawab:
“Ayahnya”. Aku berkata: “Kemudian siapa?” Beliau menjawab:
“Umar”. Kemudian beliau menyebutkan beberapa orang. (HR. Bukhari
dalam Fadhailil A’mal, fathul Bari juz ke 7, hal. 18 dan Muslim
dalam Fadhailus Shahabah juz ke-4 hal. 1856 no. 2384)
4. Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud, Hudzaifah ibnul Yaman, Anas bin Malik dan Abdullah bin Umar:
4. Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud, Hudzaifah ibnul Yaman, Anas bin Malik dan Abdullah bin Umar:
ثُمَّ
اقْتَدُوا
بِاللَّذِيْنَ
مِنْ بَعْدِيْ مِنْ أَصْحَابِي أَبِي
بَكْرٍ وَعُمَرَ
Kemudian ikutilah
teladan orang-orang setelahku dari shahabatku yaitu Abu Bakar dan
Umar…. (HR. Tirmidzi, Baihaqi dan Hakim; Lihat Silsilah
Ash-Shahihah juz 3 hal. 233, hadits no. 1233)
5. Banyak isyarat dari Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam yang menunjukkan keutamaan Abu Bakar dan sekaligus isyarat bahwa beliaulah yang pantas mewakili Rasulullah shalla-llahu `alaihi wa sallam.
Diriwayatkan dari Jubair ibni Muth’im, dia berkata:
5. Banyak isyarat dari Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam yang menunjukkan keutamaan Abu Bakar dan sekaligus isyarat bahwa beliaulah yang pantas mewakili Rasulullah shalla-llahu `alaihi wa sallam.
Diriwayatkan dari Jubair ibni Muth’im, dia berkata:
أَتَتِ
امْرَأَةُ
النَّبِيَّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَأَمَرَهَا أَنَ تَرْجِعَ إِلَيْهِ
قَالَتْ
أَرَأَيْتَ إِنْ جِئْتُ وَلَمْ أَجِدْكَ
كَأَنَّهَا تَقُوْلُ الْمَوْتَ
قَالَ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنْ
لَمْ تَجِدِيْنِيْ فَأْتِي أَبَا
بَكْرٍ
Datang seorang
wanita kepada Nabi shallallahu `alaihi wasallam, maka Rasulullah
menyuruhnya untuk datang kembali. Maka wanita itu mengatakan:
“Bagaimana jika aku tidak mendapatimu?” –seakan-akan wanita itu
memaksudkan jika telah meninggalnya Rasulullah shallallahu `alaihi
wasallam. Beliau menjawab: “Jika engkau tidak mendapatiku, maka
datangilah Abu Bakar”. (HR. Bukhari 2/419; Muslim, 7/110; lihat
Zhilalul Jannah hal. 541-542, no. 1151)
Maka dengan riwayat-riwayat ini seluruh ulama ahlus sunnah sepakat bahwa manusia terbaik setelah rasulnya adalah Abu Bakar, kemudian Umar, ke-mudian Utsman kemudian Ali radhiyallahu ‘anhum.
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah tentang keutamaan Abu Bakar dan Umar di atas Utsman dan
Ali radhiallahu ‘anhum: “Yang demikian telah disepakati oleh para imam-imam kaum muslimin yang terkenal keilmuan dan keshalihannya dari kalangan shahabat, tabi’in, pengikut tabi’in, dan ini pula madzhab Imam Malik dan seluruh penduduk Madinah, Imam Al-Laits Ibnu Sa’ad dan seluruh ulama Mesir, al-Auzai dan seluruh penduduk Syam, Sufyan Ats-Tsauri, Abu Hanifah, Hammad ibni Zaid, Hammad Ibni Salamah dan seluruh penduduk Iraq. Dan ini juga madzhabnya imam Syafi’i, Imam Ahmad, Ishaq Ibnu Rahuyah, Abu Ubaid dan lain-lain dari para imam-imam kaum muslimin”. (Maj-mu’ Fatawa juz IV hal. 421).
Imam Malik mengatakan bahwa itu adalah ijma’ penduduk Madinah dalam ucapannya:
Maka dengan riwayat-riwayat ini seluruh ulama ahlus sunnah sepakat bahwa manusia terbaik setelah rasulnya adalah Abu Bakar, kemudian Umar, ke-mudian Utsman kemudian Ali radhiyallahu ‘anhum.
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah tentang keutamaan Abu Bakar dan Umar di atas Utsman dan
Ali radhiallahu ‘anhum: “Yang demikian telah disepakati oleh para imam-imam kaum muslimin yang terkenal keilmuan dan keshalihannya dari kalangan shahabat, tabi’in, pengikut tabi’in, dan ini pula madzhab Imam Malik dan seluruh penduduk Madinah, Imam Al-Laits Ibnu Sa’ad dan seluruh ulama Mesir, al-Auzai dan seluruh penduduk Syam, Sufyan Ats-Tsauri, Abu Hanifah, Hammad ibni Zaid, Hammad Ibni Salamah dan seluruh penduduk Iraq. Dan ini juga madzhabnya imam Syafi’i, Imam Ahmad, Ishaq Ibnu Rahuyah, Abu Ubaid dan lain-lain dari para imam-imam kaum muslimin”. (Maj-mu’ Fatawa juz IV hal. 421).
Imam Malik mengatakan bahwa itu adalah ijma’ penduduk Madinah dalam ucapannya:
مَا
أَدْرَكْتُ
أَحَدًا
مِمَّنْ يَقْتَدِي بِهِ يَشُكُّ فِي
تَقَدِّمِ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرً
Tidak
kutemui satu orang pun dari ulama yang dijadikan teladan yang ragu
terhadap diutamakannya Abu Bakar dan Umar di atas yang lainnya.
(Majmu’ Fatawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, 4/421; lihat
Al-Imamatul ‘Udhma, Abdullah Ibnu Umar Ibnu Sulaiman ad-Damiji,
hal. 311)
Sebaliknya barangsiapa yang menyelisihi pendapat ini, maka ia adalah orang yang lebih sesat dari keledai piaraannya.
Wallahu a’lam
Sebaliknya barangsiapa yang menyelisihi pendapat ini, maka ia adalah orang yang lebih sesat dari keledai piaraannya.
Wallahu a’lam
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !