KESESATAN AQIDAH SYI’AH
MENGENAI
AL QUR’AN
Oleh : Thoifah Salman Al farisi (V)
·
PENDAHULUAN
Pada makalah ini kami menampilkan salah satu kesesatan aqidah syi’ah yang menjalar dikalangan kita. Yakni
berkenaan dengan aqidah mereka mengenai Al Qur’an.
Beberapa kepercayaan yang menjadi aqidah syi’ah adalah :
1. Abu Abdullah ‘alaihis salam berkata : “Al Qur’an yang dibawa oleh Jibril ‘alaihis salam kepada
Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam, adalah tujuh belas ribu”. (Al Kaafi Fil Ushul : 2/634)
2. Dari padanya pula : “Pada pihak kami sungguh ada
mushaf fatimah ‘alaihas salam dan tahukah mereka apa mushaf fatimah itu ? jawabnya :
mushaf fatimah itu isinya tiga kali lipat dibanding dengan Al Qur’an kalian ini. Demi Allah,
tidak satupun huruf dari Al Qur’an tersebut terdapat dalam Al qur’an kalian”. (Al Kaafi Fil Ushul :
1/240-241).
3. Dari Jabir dari Abu Ja’far ‘alaihis
salam ia berkata : “Saya
bertanya mengapa Ali bin Abi Tholib dinamakan amirul mukminin ? jawabnya :
Allah yang menamakan demikian “. begitulah yang telah diturunkan di dalam kitab sucinya yaitu
firman-Nya :
وإذ أخذ ربك من
بني آدم من ظهورهم ذريتهم وأشهدهم على أنفسهم ألست بربكم وأن محمدا رسولي وأن عليا
أمير المؤمنين
Artinya : “(Dan ingatlah) ketika Robmu mengambil dari Punggung bani Adam
keturunan mereka dan Saya
syahadatkan mereka atas jiwa mereka :
Bukankah Aku ini Rob kalian dan bahwasanya Muhammad adalah utusan-Ku dan Ali
adalah amirul mukminin ?”. (Al Kaafi Kitabul Hujjah : 1/437)
4. Diriwayatkan pula, ia berkata : ‘Jibril turun membawa ayat
ini kepada Muhammad dengan bunyi demikian :
وإن كتتم في ريب
مما نزلنا على عبدنا في علي فأتوا بسورة من مثله
Artinya : “Jikalau kalian ragu tentang sesuatu yang Kami turunkan pada hamba-Ku
dalam masalah Ali maka datangkanlah satu surat yang serupa dengan itu”. (Al Kaafi Kitabul
Hujjah : 1/417)
5. Dari Abi Basyir, dari Abu
Abdillah ‘alaihis
salam tentang firman Allah :
من يطع الله
ورسوله في ولاية علي والأئمة بعده فقد فاز فوزا عظيما
Artinya : “Barangsiapa yang taat pada Allah dan Rosul-Nya dalam kekuasaan Ali
dan kepemimpinannya maka sungguh ia mendapatkan keberuntungan yang agung”. (Al Kaafi Kitabul
Hujjah : 1/414).[1]
·
PENYIMPANGAN AQIDAH SYI’AH TERHADAP AL QUR’AN
Disebutkan dalam kitab “Fashlul Kitab Fie Itsbati Tahrifi Kitabil
Robbil Arbab, oleh Nuri at Tubrisi. 30/328-329”. Dalam buku ini disebutkan
(tentang penyelewengan Al Qur’an lebih dari 2000 riwayat kuat dari buku-buku syi’ah.
Riwayat-riwayat tadi menegaskan penyimpangan dan pengurangan Al Qur’an sehingga Al Qur’an yang berada di tangan
kaum muslimin sekarang ini tidak dapat dijadikan sandaran. Dinukil dari
perkataan seorang ahli hadits Ni’matullah Al Jazairi dalam buku “Al Anwar”. : “Bahwasanya pemuka-pemuka syi’ah telah sepakat akan kebenaran khabar-khabar yang melimpah bahkan
mutawairroh yang menunjukkan dengan jelas terjadinya penyimpangan di dalam Al
Qur’an baik berupa perkataan, materi, I’rob, dan berita itu dapat
dipercaya”.[2]
·
MENGAPA SYI’AH TIDAK PERCAYA DENGAN AL QUR’AN (UTSMANI)
Orang-orang syi’ah tidak percaya dengan Al qur’an berdasarkan tiga hal
:
Pertama : Menurut kepercayaan
syi’ah bahwa shahabat-shahabat Nabi semuanya pembohong
Kedua : Bahwa Al Qur’an itu diriwayatkan oleh para
shahabat yang bersifat bohong, maka imam dan Ahli bait tidak mempercayainya dan
tidak meriwayatkan serta tidak membenarkan Al Qur’anul Karim yang ada ini
Ketiga : Bahwa
Al Qur’an yang ada sekarang ini telah dirubah, ada yang dikurangi dan ada yang
ditambah. Kebenaran Al Qur’an yang ada
ini dapat ditolak dengan riwayat satu orang saja dari pendapt ulama’ syi’ah.
Adapun empat orang ulama’ syi’ah yang dipegangi pendapatnya oleh
orang-orang syi’ah, yaitu : Syarif Murtadho, Abu Ja’far Attusi, Abu Ali
Tobrosi dan syaikh Shoduq.
Keempat ulama syi’ah ini mengatakan bahwa Al Qur’an itu dikurangi dan
ditambah. Dan sejumlah ulama-ulama dan imam syi’ah juga berpendapat demikian.
Sekiranya ada diantara imam yang terdahulu tidak mengatakan bahwa Al Qur’an itu
telah dirubah, adalah semata-mata karena taqiyyah (mencari keselamatan) dari
penguasa.
Peneliti syi’ah husain bin Muhammad Taqi Nuri Thobrosi dalam bukunya
“Fathul Kitab Fie Takhfif Kitab Robbil Arbab : 32-33”, mengatakan bahwa jumhur
muhadditsin syi’ah percaya bahwa Al Qur’an telah berubah.
Dalam buku Ushul Kafi : 67. Cetakan India disebutkan ......... bin
Salamah mengatakan bahwa ada orang yang membaca Al Qur’an dimuka Abi Abdillah
‘alaihis salam berlainan dari ayat yang didengarnya. Maka Abi Abdillah menyetop
pembacaan itu dan memerintahkan untuk membaca sebagaimana orang syi’ah membaca
Al Qur’an.
Kemudian berdiri seorang ulama syi’ah membaca Al Qur’an yang sesuai
dengan kepercayaan mereka serta mengeluarkan mushaf Al Qur’an seraya berkata : “Inilah
Al Qur’an yang ditulis oleh Ali ‘alaihis salam. Sebagaimana yang diturunkan
Allah kepada Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam. Orang yang membaca
tadi membantah : “Inilah al Qur’an yang sebenarnya”. Lantas Abi Abdillah
mengatakan : “ Kami mempercayai Al Qur’an menurut fersi Ali dan imam-imam yang
kami pecayai”.
Diantara Al Qur’an fersi syi’ah disebutkan Kulaini dalam buku “Ushul Kaafi : 670”. Cetakan India. Diriwaytakan
oleh Ahmad bin Muhhamad bin Abi Nashor tatkala diperklihatkan kepada Abul Hasan
‘alaihis salam sebuah mushaf yang bertuliskan pada ayat لم يكن الذين كفرواterdapat nama-nama tujuh
puluh orang bangsa Quraisy dengan nama bapak-bapak mereka.
Dalam buku “Ushul Kafi : 263” riwayat Abi Abdillah Ja’far Shidiq
tertulis
ولقد عهدنا إلى
آدم من قبل
كلمات في محمد
وعلي وفاطمة والحسن والحسين والأئمة من ذريتهم فنسي.
Demikianlah
sebenarnya tertulis dan diturunkan kepada Muhammad shollallahu ‘alaihi
wasallam.
Dalam Ushul Kaafi : 264 diriwayatkan dari Abi Abdillah ‘alaihis
salam bahwa Jibril menurunkan ayat
kepada Muhammad shollallhuu ‘alaihi wasallam sebagai berikut :
يآايها الذين أوتواالكتاب آمنوا
بما نزلنا في علي نورا مبينا sebagian mereka mendakwahkan bahwa Utsman bin Affan telah
membakar ayat-ayat yang menyebutkan keutamaan Ali dan ahli Bait, diantaranya
adalah :
بسم الله الرحمن الرحيم.يآايها الذين امنوا آمنوا
بالنورين أنزلناهما يتلوان عليكم آياتي وبحذرنكم بحذركم عذاب يوم عظيم مولان
بعضهما من بعض وأنا السميع العليم
(Lihat kitab Fathul
Khitob : 180).
Malla Hasal ahli tafsir syi’ah mengatakan bahwa dengan dikurangi dan
ditambah pada ayat-ayat Al Qur’an sehingga mengakibatkan penghormatan kita
menjadi berkurang terhadap Ali dan imam. (Lihat kitab Tafsir Asshofi. Oleh
Malla Hasan : 11).[3]
Husain Nuri At Thibrosi dalam buku Fashlul Khithob mengatakan : “Bahwa
ulama-ulama Rofidhoh pada umumnya berpendapat bahwa Al Qur’an yang ada sekarang
ini tidaklah seperti yang diturunkan Allah kepada Muhammad shollallaahu ‘alaihi
wasallam tetapi sudah banyak yang dikurangi dan ditambah”. (Fashlul Khitob
: 32).
Selanjutnya Malla Hasan mengatakan : “Dapat kita simpulkan dari ahli
bait bahwa Al Qur’an yang ada sekarang ini tidaklah lengkap sebagaimana yang
diturunkan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada Muhammad shollallaahu ‘alaihi
wasallam. Banyak terdapat di dalamnya kekhilafah dan yang ditukar. Banyak
sekali yang dihilangkan terutama yang menyebut nama Ali dan ahli bait
Rosulullah dan nama-nama orang munafik. Juga tartib susunannya tidak disenangi
oleh Allah dan Rosul”. (Tafsir Asshofi : 13).
Khulaini menyebutkan : : “bahwa menurut Abi Abdillah ‘alaihis salam
Al Qur’an yang diturunkan Allah Subhanahu wa Ta’ala perantaraan jibril ‘alaihis
salam adalah tujuh belas ribu ayat”.(Lihat Ushulul Kaafi : 671). Sedangkan
Al Qur’an yang ada sekarang ini adalah 6666 (enam ribu enam ratus enampuluh
enam) ayat, maka dua pertiga telah dihapus dan yang ditinggal hanya sepertiga
saja.
Pengarang kitab “Mira’ah Al ‘Uqul” mengomentari hadits Kulaini yang
diriwayatkan (tentang) kekurangan ayat-ayat Al Qur’an dan perubahan yang
terjadi, dan hadits ini mutawatir mengandung makna yang harus dipercayi.(Kitab
Miro’ah Al ‘Uqul Syarh Ushul Wal Furu’ :2/530. Oleh Malla Muhammad Al Baqir Al
Mailasi).[4]
·
UNTUK APA MEREKA MENUDUH TERJADI PENYIMPANGAN
DALAM AL QUR’AN
Orang-orang syi’ah menuduh terjadi penyimpangan (Tahrif) dalam Al
Qur’an dengan tujuan-tujuan tertentu. Diantaranya : Untuk kepentingan
Imamah (Kekuasaan) agar supaya tatap di tangan mereka.
Pertama : Orang-orang syi’’ah mempunyai kepercayaan bahwa masalah Al
Imamah termasuk keprcayaan yang menjadi dasar agama bagi mereka. Orang yang
mengingkari imamah termasuk orang yang kafir, sedangkan orang yang mempercayai
imamah menjadi seorang yang Islam.
Kedua : Orang syi’ah menanamkan
kepercayaan pada pengikutnya bahwa Al Qur’an sudah diselewengkan adalah untuk
mencapai tujuan yang lain, yaitu tujuan yang kedua, agar manusia mengingkari
kemulyaan dan ketinggian kedudukan para shahabat Rosulullah yang mulia, karena
di dalam Al Qur’an terdapat banyak ayat yang memuji, menerangkan ketinggian
kedudukan mereka, ketinggian martabat mereka, keagungan hal ihwal mereka.
Ketiga : Untuk menutup jasa
para shahabat
Keempat : Untuk Al Ibahiyyah ( Membolehkan segala hal) sehingga mereka
tidak terikat lagi dengan semua hukum yang tersebut di dalam Al Qur’an agar
mereka tidak perlu mengawalkan peraturan-perturan yang telah Allah tetapkan di
dalamnya.[5]
·
KOMENTAR SYI’AH TENTANG MUSHAF
UTSMANI
Berkata seorang ulama’ syi’ah yaitu Mulla Muhammad Taqi Al Kaasyani
dalam kitabnya dalam bahasa persia “Hidayatutholibin : 368”. Yang bunyinya
bahwa Utsman menyuruh Zaid bin Tsabit yang menjadi temannya dan musuh bagi Ali
untuk menghimpun Al Qur’an dengan menghapus semua yang berkenaan dengan ahli bait
dan mencaci musuh-mush mereka, sedang Al Qur’an yang ada sekarang di tangan
manusia yang terkenal dengan sebutan mushaf Utsman itulah Al Qur’an yang
dihimpun menurut perintah Utsman.
Syaikh Mulla muhammad Baqir Al Majlisi berkata : “Bahwa orang-orang
yang munafiqin merampas khilafah (kekuasaan) Ali, dan mereka perbuat terhadap
kholifah beliau sedang terhadap kholifah kedua yaitu kitab Allah maka mereka
robek-robek”. (Lihat Kitab Hayatul Qulub. Bab Hajjatul Wada’ : No. 49.
Halaman : 681).
Dalam kitab lain dengan terang menyatakan bahwa Utsaman telah menghapus
dari Al Qur’an ini tiga perkataan , yaitu : Tentang keistimewaan Amirul
mukminin Ali, ahlul bait dan celaan terhadap Quraisy dan kholifah yang ketiga,
umpamanya ialah ayat : ياليتني لم أتخذ أبا بكر خليلاArtinya : “Alangkah
baiknya sekiranya aku tidak mengambil Abu Bakar sebagai teman”. (Lihat
Kitab Tadzkirul Aimmah : 9).[6]
AQIDAH AHLUS SUNNAH
MENGENAI AL QUR’AN
(Bantahan
Terhadap Kesesatan Aqidah Syi’ah Mengenai Al Qur’an)
Agar saudara jelas dalam masalah ini, maka kami harus menyebutkan
aqidah ahlus sunnah mengenai Alqur’an
yang menerangkan tentang mushaf Utsmani :
Imam Ibnu Hazm Addhohiri rohimahullah berkata dalam kitabnya “Al Milal
wan Nihal” : 4/182 :
”Dari perkataan (syi’ah) Imamiyah semuanya, baik yang dahulu maupun
yang sekarang “Bahwa Al Qur’an itu dirubah dan ditambah, (maka) di dalam Al
Qur’an itu tidak ada perubahan dan pengurangan di dalamnya). Sampai perkataan beliau : (.....Perkataan
yang mengatakan) bahwa mushaf Utsmani ada perubahan maka ia telah kafir dan
mendustakan Rosulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam”).
Imam Syuyuti rohimahullah setelah menyebutkan beberapa perkataan bahwa
Al Qur’an dikumpulkan dan ditertibkan dengan tauqifi, beliau berkata : “Berkata
Al Qodhi Abu Bakar dalam “Al Anshor” : “Kami berpendapat bahwasanya seluruh
yang ada dalam) Al Qur’an yang telah Allah turunkan dan perintahkan itu tetap
tulisannya, tidak dihapus dan tidak dicabut membacanya setelah turunnya, yaitu
yang terkumpul dalam mushaf Utsmani. Tidak ada pengurangan dan penambahan di
dalamnya”.
Imam Al Baghowi berkata dalam kitab Syarhus Sunnah : “Sesungguhnya
para shahabat rodhiyallahu ‘anhum telah mengumpulkan Al Qur’an yang telah
diturunkan oleh Allah atas Rosul-Nya dengan tanpa ditambah maupun dikurangi”.
(Ketahuilah, siapa
saja yang meremehkan Al Qur’an atau mushaf dengan sesuatu, atau mencelanya,
atau mendustakannya, atau menolaknya, baik cuman sebagian darinya atau atau
membohongi isinya, atau dengan sesuatu yang ada padanya, atau membuang sesuatu
yang ada didalamnya, maka dia telah kafir menurut ahli ilmu dengan kesepakatan
firman Allah Ta’ala :
وإنه لكتاب عزيز.
لايأتيه الباطل من بين يديه ولا من خلفه تنزيل من حكيم حميد (فصلت : 41-42)
Artinya : “..... Dan sesungguhnya Al Qur’an itu adalah
kitab yang mulia. Yang tidak datang kepada (Al Qur’an) kebatilan baik dari
depan maupun dari belakang, yang diturunkan dari Rob yang Maha Bijaksana lagi
Maha terpuji”.
(QS. Fusshilat : 41-42
Imam Bukhori telah menaruh satu bab dalam shohihnya dengan judul “من قال
لمن يترك النبي صلى الله عليه وسلم إلا ما بين دفتين" kemudian beliau menyebutkan dibawahnya
satu hadits bahwa Ibnu Abbas berkata dalam menjawab pertanyaan seseorang : “Apakah
Nabi shollallaahu ‘alaihi wasallam meninggalkan sesuatu ? beliau menjawab : (Nabi)
tidak meninggalkan sesuatu kecuali yagn terdapat dalam Mushaf Utsmani”.
Begitulah kata
Muhammad bin Ali bin Abi Tholib yang dikenal dengan Ibnu Hanifah”. (Shohih
bukhori. Kitabul Fadhoil).
Para ahli Tafsir ahli sunnah menyebutkan tafsir ayat :
إنا نحن نزلنا الذكر وإنا له لحافظون
Artinya : “Sesungguhnya Kami menurunkan Addzikr ( Al Qur’an) dan
Sungguh Kami yang menjaganya”. (QS. Al Hijr : 9).
Tafsirnya adalah : “Bahwa Al Qur’an itu terjaga dari segala
perubahan, pergantian dan penyelewengan”.
Maka Al Qur’an itu terjaga dari penambahan dan pengurangan, perubahan,
pergantian dan penyelewengan, yaitu kitab yang
وإنه
لكتاب عزيز. لايأتيه الباطل من بين يديه ولا من خلفه تنزيل من حكيم حميد (فصلت :
41-42)
Artinya : “..... Dan sesungguhnya Al Qur’an
itu adalah kitab yang mulia. Yang tidak datang kepada (Al Qur’an) kebatilan
baik dari depan maupun dari belakang, yang diturunkan dari Rob yang Maha
Bijaksana lagi Maha terpuji”. (QS. Fusshilat : 41-42
Sampai Arrozi berkata :”Walaupun ada seseorang yang berusaha merubah
Al Qur’an dengan salah satu hurufnya, atau titiknya sungguh penduduk bumi akan
berkata :”Ini adalah pendusta dan merubah kalam Allah Ta’ala”. Sampai
perkataan beliau : “Adapun makna firman Allahوإنا له لحافظون adalah : “Ketahuilah bahwa tidak ada yang
sepakat pada sesuatu dari kitab seperti penjagaan ini, (karena) sesungguhnya
tidak ada sebuah kitab kecuali telah disusupi penyelewengan dan perubahan, baik
banyak maupun sedikit, dan kitab ini (Al Qur’an) selalu terjaga dari semua arah
penyelewengan, baik penyelewengan orang atheis, yahudi maupun nasrani yang
banyak menghapus dan merusaknya dari keagungan mukjizat”. (Tafsir Mafatihul Ghoib.
Arrozi : 5/380).[7]
Ibnu Katsir telah mengetengahkan hadits-hadits yang sah di dalam
assunnah yang berisikan sanggahan terhadap anggapan adanya ayat-ayat Al Qur’an
dan ma’siyat kepada Ali yang diklaim oleh golongan syi’ah. Kemudian beliau
memberi komentar sebagai berikut : “Sekirangya masalah (mak’siyat)
sebagaimana yang mereka perkirakan itu ada, niscayalah tidak ada seorang
shahabat nabipun yang akan mengingkari. Sebab mereka ini merupakan manusia yang
paling taat kepada Allah dan Rosul-Nya, baik semasa beliau masih hidup maupun
sesudah beliau wafat. Karena itu semua sama sekali tidak benar, kalau mereka
berani mengambil ketetapan mendahulukan orang yang tidak didahulukan oleh Rosulullah dengan
ketetapannya. Barangsiapa menganggap para shahabat yang diridhoi oleh Allah
dengan anggapan semacam itu, dan bersepakat menentang Rosulullah serta melawan
keputusan dan ketetapan beliau. Siapa saja berani berpendapat semacam ini,
berarti dia telah melepaskan tali simpul Islam, kafir terhadap ijma’ seluruh
ummat Islam. Dan menumpahkan darah orang semacam ini lebih halal daripada
membuang khomr”. [8]
Adapun dalil-dalil lain yang menunjukkan kebatilan aqidah syi’ah
berkenaan dengan al Qur’an adalah :
1.
الم . ذالك الكتاب لاريب فيه هدى للمتقين
(البقرة : 1-2)
2.
لاتحرك به لسانك لتعجل به إن علينا جمعه وقرآنه
فإذا قرأناه فاتبع قرأنه ثم إن علينا بيانه (القيامة : 17-19)
3.
وإن كنتم في ريب مما نزلنا على عبدنا فأتوا
بسورة من مثله (البقرة : 23)
4.
أحكمت آيته ثم فصلت من لدن حكيم خبير (هود : 1)
5.
لايأتيه الباطل من بين يديه ولا من خلفه تنزيل
من حكيم حميد (فصلت : 42)
¨ BEBERAPA PENGAKUAN TENTANG AL QUR’AN
· werry pernah memberikan
komentar dalam kitab tafsirnya : “Al Qur’an adalah satu-satunya kitab suci
kuno yang paling jauh dari tangan-tangan pemalsuan dan merupakan satu-satunya
kitab suci yang paling benar dan murni”. (Tafsir Al Qur’an. Karya Werry.
1/249)
· Lane Poole juga memberikan pernyataan tentang
Al Qur’an sebagai berikut : “Satu-satunya keistimewaan Al Qur’an adalah
tidak dapat diragukan kemurniannya. Setiap huruf yang ada di dalamnya dewasa
ini dapat kita yakini bahwa huruf-huruf itu masih asli sejak tiga belas abad
lalu”. (Selections From The Quraan).
· Boswort smuh memberikan
komentar sebagai berikut : “Kami dapatkan sebuah kitab (Al Qur’an) yang
keasliannya dan kemurniannya masih terjamin sepenuhnya. Tidak seorangpun yang
dapat meragukan kemurniannya”. (Boswort, Mohammad And Mohamadenism : 22)
· Profesor Arnold pernah
memberikan komentar tentang Al Qur’an sebagai berikut : “Seluruh ucapan
(ayat-ayat) yang ada dalam Al Qur’an adalah ucapan (ayat-ayat) yang masih murni
yang pernah disampaikan oleh Muhammad”. (Islamic Faith : 9).[9]
Solo, 10 Shofar 1422 H
[9] Dua Wajah Salling Menentang Antara Ahlu Sunnah Dan
Syi’ah. Abdul Hasan Ali Al Hasani An Nadawi. 68
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !